Liputan/re-writte: Hendrik Gostal Fandi
Radio KMT – Presiden Prabowo Subiato sempat menyinggung soal Indonesia Gelap ketika menyampaikan sambutan pada penutupan Kongres ke-VI Partai Demokrat yang dilaksanakan di Ballroom The Ritz-Carlton Jakarta Pacific Place, Jakarta, Selasa (25/2/2025) malam.

Ia mempertanyakan prediksi itu, sebab menurutnya, Indonesia memiliki peluang menjadi salah satu negara dengan ekonomi terbesar. "Yang melihat Indonesia gelap itu siapa?" celetuk Prabowo, mempertanyakan tagar dan ungkapan yang belakangan ini ramai digaungkan oleh masyarakat Indonesia tersebut.
Prabowo ingin publik melihat hasil kebijakannya dalam beberapa tahun ke depan. Ia yakin hal itu akan membawa Indonesia lebih sejahtera dan makmur. "Kita selesaikan dulu berapa tahun, rakyat kuat, rakyat sejahtera dan saya katakan Indonesia akan berhasil menjadi negara makmur, saudara-saudara," ujarnya.

Prabowo lalu membeberkan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2050 yang berada di urutan keempat setelah China, Amerika, dan India. Menurutnya, Indonesia akan berada di atas Jepang, Inggris, hingga Prancis. Hal ini justru akan membawa kemajuan bagi Indonesia. Ia lalu kembali mempertanyakan soal Indonesia gelap.
"Saudara-saudara beberapa hari yang lalu ada suatu prediksi ekonomi dan statistik saudara-saudara. Mereka mengatakan kita ini... nomor 1 akan jadi Tiongkok, menyalip Amerika, nomor dua adalah Amerika, nomor 3 India, ini golden China akan nomor 1, di tahun 2050. India nomor 3, Indonesia nomor 4, 2050, 25 tahun akan datang ya? Insyaallah saya umurnya 98," ujarnya. "Saudara sekalian, (Indonesia) di atas Jepang, di atas Inggris, di atas Prancis, kok Indonesia gelap?" ujarnya.
Tagar Indonesia Gelap Dominasi Platform X Capai 3 Juta Postingan

Analisis Data & Democracy Research Hub melakukan perbandingan terhadap sejumlah tagar pada platform X ketika masyarakat mengkritik kebijakan pemerintahan Prabowo Subianto. Tagar ini antaranya Kabur Aja Dulu, Indonesia Gelap, Pergi Migran Pulang Juragan, serta Indonesia Terang.
Co-Director Data & Democracy Research Hub, Ika Idris, mengatakan aksi protes di media sosial merupakan upaya publik dalam menyampaikan pendapat. Selain itu, kata dia, aksi itu juga sebagai penilaian dari implementasi kebijakan yang dibuat Presiden Prabowo. Berdasarkan pemantauan Research Hub, percakapan dengan tagar Indonesia Terang tidak signifikan hanya sekitar 2.209 cuitan atau atau 0,0007 persen. Bila dibandingkan dengan tagar Indonesia Gelap mencapai 3 juta cuitan pada platform X.
Adapun jumlah pengguna atau unique authors yang terlibat dalam percakapan tagar Indonesia Terang sebanyak 1.978 akun. Sementara Indonesia Gelap melibatkan sekitar 104.000 akun. Meski begitu, Ika mengatakan narasi Indonesia Terang seolah besar karena disampaikan langsung oleh pemengaruh opini seperti pejabat publik dan politisi.
Sumber: Kompas.com/detik.com
No Comments Yet...